Garuda Pancasila
Menurut lampiran pada peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1951, lukisan Garuda diambil dari khasanah peradaban Indonesia. Garuda tergambar pada beberapa candi sejak abad ke 16, sebagai lambang tenaga pembangunan seperti yang dikenal pada peradaban Indonesia.
Burung Garuda & mitologi nenek moyang Indonesia berdekatan dengan burung elang rajawali. Burung ini dilukiskan di candi Dieng, Prambanan & Penataran. Di Dieng dilukiskan sebagai manusia berparuh burung & memiliki sayap, di Prambanan & di candi Jawa Timur bentuk nya berparuh, berambut panjang, bercakar & menyerupai raksasa.
Raja Erlangga menggunakan tokoh Garuda sebagai meterai Kerajaan nya, lambang itu diberi nama Garudamukha, sekarang meterai Garudamukha disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan kode penyimpanan No : D-16. Bahwa Raja-raja Indonesia sudah sejak lama memakai lambang ini, diketahui juga di barat, dalam sebuah buku tentang lambang Kerajaan yang terbit tahun 1453 yang berjudul "Des Conrad Gruenenberg, Ritters und burgers in Constanz wappenbuch, volibrrahtam nuenden Tag des Abrelien do man zaelt tusend vier hundert drue und achtzig jar" membuat lambang "Kaisar Jawa" memperlihatkan seekor burung Phoenix di atas api unggun. Sedangkan "Kaisar Sumatra" memakai lambang Rajawali digambar dari samping dengan ke 2 cakar nya mengarah ke depan.
Pasal 5 lampiran ini menyebutkan kata Bhina & Ika. Kalimat seluruh nya dapat diterjemahkan, "berbeda-beda tetapi tetap 1" ke2 kata itu sering menimbulkan salah tafsir, orang mengira bahwa Ika itu berarti 1, padahal hanya kata petunjuk yang berarti "itu". Kata Tunggal Ika. Terjemahan kharfiah: beda itu (tetapi) satu itu.
Semboyan ini diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular dari pertengahan aba ke 14. Kata ini dipakai Mpu Tantular untuk menjelaskan paham Sinkretis antara Hinduisme & Buddhisme yang menjadi aliran zaman itu. Lengkap nya ialah: Siwatattwa lawan Buddhatattwa tunggal, Bhineka Tunggal Ika, Tanhana Dharma Mangrwa (Siwa & Buddha itu satu, dibedakan tetapi tetap 1, tidak ada ajaran agama yang bersifat mendua).
Burung Garuda menjadi lambang negara RI berdasarkan peraturan pemerintah no. 66 tanggal 17 Oktober 1951. Tetapi telah berlaku sejak 17 Agustus 1950. Berbentuk burung Garuda yang didada nya tergantung perisai dengan 5 simbol, yang lazim disebut pancasila.
Hingga sekarang pencipta lambang Garuda belum diketahui, meskipun pernah disebut nama tertentu, seperti Moch. Yamin & Sultan Hamid II. Kedua tokoh itu pernah menjabat Ketua Panitia Lencana Negara di masa kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat)
Burung Garuda & mitologi nenek moyang Indonesia berdekatan dengan burung elang rajawali. Burung ini dilukiskan di candi Dieng, Prambanan & Penataran. Di Dieng dilukiskan sebagai manusia berparuh burung & memiliki sayap, di Prambanan & di candi Jawa Timur bentuk nya berparuh, berambut panjang, bercakar & menyerupai raksasa.
Raja Erlangga menggunakan tokoh Garuda sebagai meterai Kerajaan nya, lambang itu diberi nama Garudamukha, sekarang meterai Garudamukha disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan kode penyimpanan No : D-16. Bahwa Raja-raja Indonesia sudah sejak lama memakai lambang ini, diketahui juga di barat, dalam sebuah buku tentang lambang Kerajaan yang terbit tahun 1453 yang berjudul "Des Conrad Gruenenberg, Ritters und burgers in Constanz wappenbuch, volibrrahtam nuenden Tag des Abrelien do man zaelt tusend vier hundert drue und achtzig jar" membuat lambang "Kaisar Jawa" memperlihatkan seekor burung Phoenix di atas api unggun. Sedangkan "Kaisar Sumatra" memakai lambang Rajawali digambar dari samping dengan ke 2 cakar nya mengarah ke depan.
Pasal 5 lampiran ini menyebutkan kata Bhina & Ika. Kalimat seluruh nya dapat diterjemahkan, "berbeda-beda tetapi tetap 1" ke2 kata itu sering menimbulkan salah tafsir, orang mengira bahwa Ika itu berarti 1, padahal hanya kata petunjuk yang berarti "itu". Kata Tunggal Ika. Terjemahan kharfiah: beda itu (tetapi) satu itu.
Semboyan ini diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular dari pertengahan aba ke 14. Kata ini dipakai Mpu Tantular untuk menjelaskan paham Sinkretis antara Hinduisme & Buddhisme yang menjadi aliran zaman itu. Lengkap nya ialah: Siwatattwa lawan Buddhatattwa tunggal, Bhineka Tunggal Ika, Tanhana Dharma Mangrwa (Siwa & Buddha itu satu, dibedakan tetapi tetap 1, tidak ada ajaran agama yang bersifat mendua).
Burung Garuda menjadi lambang negara RI berdasarkan peraturan pemerintah no. 66 tanggal 17 Oktober 1951. Tetapi telah berlaku sejak 17 Agustus 1950. Berbentuk burung Garuda yang didada nya tergantung perisai dengan 5 simbol, yang lazim disebut pancasila.
Hingga sekarang pencipta lambang Garuda belum diketahui, meskipun pernah disebut nama tertentu, seperti Moch. Yamin & Sultan Hamid II. Kedua tokoh itu pernah menjabat Ketua Panitia Lencana Negara di masa kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar